FASISME
FASISME
1.
Pengertian Fasisme
Fasisme adalah paham yang mengatur pemerintahan dan masyarakat
secara totaliter yang dilakukan oleh diktator partai tunggal yang bersifat
supranasionalis, tidak rasionalis, militeris, dan imperialis. Totaliter artinya
menggunakan kekuasaan dan kekerasan pada semua bentuk hubungan masyarakat, baik
hubungan politik maupun sosial. Negara – negara yang menerapkan fasisme umumnya
tidak memiliki sifat demorasi dan warga negaranya menerima fasisme karena menganggap
sesuai dengan sifat masyarakat.[1]
Pemimpin negara fasisme Jerman, Italia dan Jepang pada Perang Dunia ke-2
2.
Ciri – Ciri
Fasisme
a.
Tidak rasional
Fasisme
menonjolan sifat – sifat manusia yang tidak rasional. Fasisme dalam soal ras
dan pemimpin adalah masalah yang tabu untuk dipersoalkan atau didiskusikan
secara kritis. Hal ini tentu berbeda dengan prinsip – prinsip negara demokrasi
yang tidak mengenal persoalan tabu apapun karena semua hal dapat dipersoalkan
bahan ditentang.
b.
Tidak mengakui
persamaan derajat manusia
Fasisme
menganggap bahwa martabat manusia tidak sama, ada yang super ada yang inferior.
Pria dianggap melebihi kaum wanita, kelompok militer melebihi sipil, anggota
partai lebih dari yang bukan anggota
partai, kebangsaan seseorang melebihi kebangsaan yang lainnya, yang kuat mengatasi
yang lemah, para pemegang perang membawahi pihak yang kalah.
c.
Tidak mengakui
oposisi
Di negara
– negara fasis, oposisi dianggap sebagai musuh dan harus dimusnahkan sampai
tuntas. Doktrin ini berlaku untuk musuh – musuh didalam maupun diluar negeri.
Oleh karena itu, kaum NAZI di Jerman membuat kamp konsentrasi dan kamar – kamar
gas untuk memusnahkan musuh – musuhnya. Rezim fasis ingin menunjukkan kepada
seluruh penduduk bahwa hukuman mati akan diberikan kepada mereka yang tidak
menduung penguasa.
d.
Pemerintahan
oleh kelompok elite
Fasis
berpendapat bahwa hanya ada satu kelompok minoritas kecil penduduk yang
terpandang baik karena asal – usul penduduk maupun karena statusnya dalam
masyarakat yang mampu menjalankan pemerintahan. Oleh karena itu, pemimpin
selalu dianggap benar. Kalau ada pertentangan rakyat dan pemimpin, kehendak
yang berlaku adalah kehendak pemimpin.
e.
Totaliterisme
Totaliterisme
diterapkan dengan tujuan untuk mengontrol semua bidang kehidupan manusia, dari
anak – anak sampai tua. Sekolah harus menyiapkan anak laki – laki untuk dinas
militer dan anak perempuan untuk kegiatan rumah tangga. Kaum wanita hanya boleh
berurusan dengan masalah Kinder (anak – anak), Kuche (Dapur), dan Kirche
(Gereja). Wanita dengan sendirinya menjadi warga negara kelas dua dan mereka
tidak dapat mengambil bagian dalam jabatan – jabatan pemerintahan atau partai.
f.
Rasialisme
Menurut
doktrin fasis dalam suatu Negara, kaum elite lebih unggul daripada kelompok
massa. Oleh karena itu, mereka dapat memaksakan kehendaknya dengan kekerasan
kepada rakyatnya. Dalam pergaulan diantara bangsa – bangsa, kaum elite lebih
unggul daripada bangsa – bangsa lainnya dan mempunyai hak untuk memerintah
mereka.
3.
Unsur – unsur
pokok Fasisme[2]:
a. Ketidak percayaan pada kemampuan nalar.
b. Pengingkaran derajat kemanusiaan.
c. Kode perilaku yang didasarkan pada kekerasan dan kebohongan.
d. Pemerintahan oleh kelompok elit.
e. Totaliterisme.
f. Rasialisme dan imperialisme.
g. Fasisime memiliki unsur menentang hukum dan ketertiban internasional.
4.
Negara – Negara
Fasis
Di Eropa, Italia merupakan negara pertama yang menjadi negara fasis
(1922), menyusul Jerman (1933), kemudian Spanyol melalui perang saudara yang
pecah pada tahun 1936. Di Asia, Jepang berubah menjadi fasis pada tahun
1930-an.
Fasisme Italia muncul dengan gagasan untuk menghidupkan kembali
Kekaisaran Romawi kuno. Tokoh fasisme di negara ini adalah Bennito Mussolini.
Dia menyatakan bahwa bangsa Italia adalah bangsa yang paling unggul. Dia
menulis buku “Dotch Trine of Fascism" yang memuat prinsip – prinsip fasis
dan menggambarkan fasis model italia.
Benito Mussolini
Tokoh fasis di Jerman adalah Adolf Hitler. Dia menulis buku “Mein
Kampf” dalam buku tersebut, Hitler menuangkan pikirannya dan dapat dijadikan
pedoman menuju ke fasisme. Dia mendirikan partai NAZI (National-Sozialistiche
Partei), kemudian dia menjadi pemimpin dan membawa naziisme menjadi gerakan massal
yang paling besar dalam sejarah Jerman. Gerakan fasis dibawah Hitler mencangkup
kelompok masyarakat mulai dari rakyat biasa sampai kepada keluarga kerajaan dan
wakil – wakil dari negara bagian. Gerakan fasis di Jerman merupakan gerakan
yang paling brutal, sekaligus yang paling popular.
Adolf Hitler
Di Jepang sejak Restorasi Meiji dan kemenangan Jepang atas Rusia
(1904 – 1905), serta kekuatan militernya yang sangat besar mendorong Jepang
menjadi Negara imperialis. Teori ras Jepang mengemukakan perwujudan imperialis
ingin mengusai negara – negara di Asia dengan konsep Kemakmuran Bersama Asia
Timur Raya.
Kaisar Hirohito
Spanyol menjadi Negara fasis sejak tahun 1930-an ketika Fransisco
Franco berkuasa setelah perang saudara pada tahun 1936, Fransisco Franco
berontak melawan pemerintahan Republik Spanyol yang telah berdiri sejak tahun
1931. Cinderal Franco tampil sebagai kekuatan nasionalis yang anti republik.
Dia adalah anggota partai Falange yang merupakan kelompok fasis yang bertujuan
menciptakan fasisme seperti yang ada di Jerman dan Italia[3].
[1]
Djamhari, Saleh A. Imran, Amrin. 1998. Sejarah
2 Nasional dan Umum. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Hal 75
Comments
Post a Comment